Idulfitri ataupun hari raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat banyak ditunggu- tunggu pemeluk mukmin, sehabis melakukan ibadah puasa sebulan penuh.
Di momen ini, ada adat serta santapan khas yang terhidang buat menemani di hari kemenangan. Salah satu menu santapan yang lumayan terkenal dikala Idul Fitri, ialah santapan kupat ataupun buras( burasa).
Santapan kupat jadi salah satu menu harapan dikala keramaian hari Idulfitri. Apalagi Idulfitri senantiasa diidentikkan dengan ikon ataupun lukisan kupat. Gimana tidak? Kupat memanglah jadi menu yang amat laris dimakan dikala dul Fitri.
Makanan
yang dibuat dari beras ini dibungkus dengan ayaman janur kuning. Lazim dihidangkan dengan beraneka ragam menu, paling utama opor ayam.
Mengutip dari halaman nuonline. id, H. J de Graaf berkata, jika kupat jadi ikon keramaian hari raya Islam pada era rezim Kerajaan Demak yang dipandu oleh Raden Patah pada era ke- 15.
Balut kupat dari janur dipakai buat memantulkan bukti diri warga pantai yang banyak hendak tumbuhan kelapa ataupun nyiur.
Santapan khas warga pantai yang dibungkus janur itu mendesak Sunan Kalijaga menghasilkan kupat selaku perlengkapan buat mengedarkan anutan Islam. Sampai kesimpulannya, kupat terus menjadi dikenal
selaku ikon keramaian Idulfitri.
Kupat serta Buras jadi santapan khas dikala Idulfitri di Tanah Mandar
Lelet laun, ikon kupat selaku santapan khas Idulfitri pula merembet ke bermacam wilayah di Indonesia, tercantum di Tanah Mandar( Sulawesi Barat).
Di Tanah Mandar, spesialnya di Kabupaten Polewali Mandar serta Kabupaten Majene, sedang mempunyai adat dengan cara turun temurun dikala keramaian hari raya Idulfitri. Terlebih menu santapan yang dihidangkan semacam kupat serta buras, apalagi gogos.
Idulfitri ataupun hari raya
3 menu santapan ini, seolah tidak sempat bolos terdapat di hari Idulfitri, bagus hari raya Idul Fitri ataupun hari raya Idul Adha.
Di balik menu santapan ini selaku hidangan hari raya, sesungguhnya malah dijadikan aksesoris dalam adat- istiadat” mambaca” ataupun” mabbaca- baca”. Adat- istiadat itu sedang pekat dijalani warga Mandar berakhir melakukan hari raya Idul Fitri ataupun hari raya Idul Adha.
Apalagi terkesan kurang afdol memakan bermacam santapan kala Idulfitri saat sebelum melaksanakan aktivitas“ mambaca.”” Mambaca” merupakan ritual membacakan berkah selaku perkataan terima kasih pada Allah SWT, dihadapan persembahan semacam buras, kupat, gogos, pisang, serta menu aksesoris yang lain.
Dalam adat- istiadat ini di Tanah Mandar, pemimpin desa ataupun orang yang dituangkan hendak diundang buat membacakan berkah saat sebelum memakan santapan dikala Idulfitri. Tidak hanya selaku perkataan rasa terima kasih,” mambaca” pula jadi pertandingan silaturrahmi dampingi masyarakat.
Nah, seperti itu sedikit cerminan hal adat- istiadat serta menu santapan dikala hari raya Idulfitri di Tanah Mandar, kuncinya di desa aku di Dusun Todang- Todang, Kecamatan Limboro, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Jika di wilayah kalian, semacam apa sih adat serta menu santapan dikala hari raya Idulfitri?
Viral indonesia pemain bola akan menang => https://batam.pro/
